Kamis, 04 Agustus 2011

Pengalaman Pertama Ikut Beladiri Karate.

Awalnya sih.. saya malas Menerbitkan Entri ini , tetapi dari pada bosan di rumah, mending nulis ini aja deh,... heheh.... :D

ya...kita mulai sekitar 8 tahun yang lalu, waktu itu saya masih kelas 3 SD. ya...gitu de... namanya juga anak-anak, jdi saya sering berkelahi dengan teman saya. Sampai-sampai saya pernh mengalami beberapa kali Hampir patah tulang. ckck...sungguh tragis..:'(
ya...hingga suatu hari ni ya... saya selalu saja ditindas sama temanku.. sampe2 membuat saya nangis.. haha,... ( maklum masih anak anak. hehe. :D ) ya saya ngadu de ke orng tua gue....

so, pace ku datang deh kesekolah . hha...


Jadi, karena kejadian itu orang tua saya menyuruh saya Ikut beladiri Karate, awalnya sih tdk mau. Tapi saya terus dipaksa dan dipaksa. akhirnya ikut juga deh,...huft..-__-'
awalnya sih, gak betah.. soalnya malu karena gerakannya kayak orang menari ( maaf ya :D) tpi sewaktu saya diperlihatkan BUNKAI dri setiap gerakan, wah..saya kagum.... setiap gerakan memiliki fungsi yg berbeda.... akhirnya saya tumbuh hingga mendapatkan sabuk cokelad di salah satu Ranting DI SUDIANG. Dan saya putuskan untuk keluar dri ranting tersebut, untuk mencari pengalaman dan latihn d tempat yg berbeda... kayak Nomaden gitu.. saya berpindah2 ranting dri ranting satu ke ranting lainnya.

DAn akhirnya saya menetap di ranting SMA Negeri 5 Makassar.


Dan Insya Allah tahun depan setelah kuliah Saya berencana mengambil sabuk HItam DAN 1. sebenarnya sih sekarang sdh bisa, tetapi saya mash kelas 3 SMA. saya lebih mementingkan pendidiakn lah.... jdi niatku saya tunda dulu hingga 1-2 tahun kedepan.

INI CERITAKU, APA CERITAMU...... ????????  :D

Melatih Kekuatan Kuda-Kuda

Ketika kita belajar Beladiri, maka kita pasti akan belajar berlatih kuda2. Tidak perduli baik seorang pemula maupun senior sekalipun dalam beladiri dituntut untuk berlatih terus belajar dan berlatih kuda2. Kenapa kita perlu mempelajari dan berlatih kuda2 secara terus menerus? Karena beladiri tanpa kuda-kuda ibarat rumah tanpa pondasi.Karena hampir seluruh beladiri mempunyai kuda-kuda, baik kuda-kuda umum maupun kuda-kuda khusus. Sedemikian pentingnya kuda-kuda bagi beladiri khususnya Karate maka pelajaran mengenai hal ini sudah harus mulai dilatih dengan serius pada tingkat dasar. Banyak ragam metode untuk menguatkan kuda-kuda, misalnya dengan berdiam diri dengan posisi kuda-kuda dengan waktu yang lama. Di beladiri tertentu bahkan terdapat jurus khusus untuk menguatkan kuda-kuda, semakin tinggi tingkatan maka penguatan kuda-kuda dapat ditingkatkan dengan menggunakan beban. Metode yang juga sangat penting adalah dengan memperbanyak lari, sebaiknya lari ini tidak hanya dilakukan di tanah datar, tetapi juga dilakukan di tanah mendaki, menurun atau bergelombang. Dengan latihan seperti ini maka kaki akan semakin kokoh menapak disegala posisi karena ketika bertarung kita tidak sepenuhnya dapat menentukan lokasi pertempuran, misalnya kita hanya mau bertarung di daerah datar atau daerah yang berumput saja. Latihan kuda-kuda akan semakin bagus untuk dilatih di daerah yang licin atau daerah yang statis misalnya di atas perahu, metode penguatan yang lain adalah dengan cara berlatih di laut dengan menahan hantaman ombak, jenis latihan ini harus hati-hati karena kalau belum kuat dan tidak didampingi rekan latihan bisa membawa petaka yaitu terseret ombak laut. Yang sedikit lebih aman adalah dengan berlatih di bawah air terjun dengan cara menahan diri dari terjangan air terjun. Dan masih banyak lagi metode untuk menguatkan kuda-kuda,
Kuda-kuda mempunyai fungsi yang sangat esensial dalam setiap serangan, pertahanan maupun langkah hindaran, dimana semua gerakan ini terangkum dalam jurus (KATA) yang sudah formulasikan dalam setiap tingkatannya. Tanpa kuda-kuda yang kokoh maka serangan akan menjadi lemah karena tidak adanya penopang yang kuat, demikian juga ketika menahan serangan, tanpa kuda-kuda yang kokoh maka akan mudah robohlah pertahanan kita dan ketika melakukan langkah hindaranpun keberadaan kuda-kuda sangat diperlukan, karena tidak mungkin langkah hindaran ini dapat dilakukan dengan lincah dan cepat tanpa adanya kuda-kuda yang kokoh.

Melatih Pukulan Karate

Pada tingkat awal, jurus pertama yang diperkenalkan dalam Karate adalah Tsuki (pukulan). Cukup banyak jenis pukulan yang diajarkan, mulai dari pukulan lurus (choku tsuki) , Pukulan pisau tangan (Shuto Uchi), pukulan melebar U (Yama tsuki), pukulan tinju ke atas (Tate Tsuki) dan lain-lain. Jenis pukulan akan semakin bertambah banyak pada tingkatan selanjutnya. Dalam tahap pengenalan pukulan, hal pertama yang diajarkan pembimbing adalah bagaimana memukul dengan benar, dimulai dari cara menggenggam, perputaran gerakan, posisi tangan ketika memukul dan juga cara penyaluran tenaganya. Setelah bentuk dari pukulan benar maka masuk ketingkat berikutnya yaitu meningkatkan kekuatan, kecepatan serta ketepatan dalam mempergunakan pukulan dalam berjurus (KATA) maupun bertanding (KUMITE).
Melatih pukulan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, karena struktur tangan yang pendek dan sendi yang sangat elastik sehingga tidak memerlukan senam khusus untuk membuat tangan menjadi lentur, hal ini sangat berbeda ketika melatih tendangan karena perlu senam khusus untuk mendapatkan kelenturan. Beberapa hal penting ketika melatih pukulan adalah menggenggamlah dengan benar, karena sering sekali hal ini kurang diperhatikan. Jika anda terbiasa mengendurkan genggangam, sehingga tenaga lebih banyak terletak di lengan maupun di tungkai tangan. Bahaya lain dari kebiasaan tidak mengggenggam dengan baik adalah ketika memukul dalam turgul akan mengalami cidera, misalnya jari keseleo atau tangan bengkak karena tidak kuat menahan benturan. Tahap kedua setelah dapat melakukan pukulan dengan benar adalah melatih kekuatan. Sebagai alat tambahan untuk menambah kekuatan pukulan bisa juga dipakai:
1.  Sandsack, berupa target yang diisi dengan bubuk kayu atau potongan karet.
2.  Beras/gabah, pasir atau bahkan pasir panas, alat ini digunakan untuk tingkat lanjutan dengan
tujuan  untuk memperkuat jari tangan, sehingga ketika menggunakan jurus yang memerlukan cakar, jari, tapak dan lain-lain akan tetap dahsyat hasilnya.
3.  Lilin yang juga bisa dijadikan target keberhasilan pukulan, pukullah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5cm, menjadi 7 cm, 10 cm dan seterusnya.
4. Kayu/papan (Makiwara), yaitu satu papan kayu berukuran 4 x 4 inci dengan panjang 8 kaki yang ditanam ke dalam tanah kira 3 s/d 4 kaki, dengan target menggunakan bantalan jerami, atau bantalan yg diisi busa padat dan dilapisi oleh kalaf atau kulit yang tebalnya sekitar 2 inci. Catatan: Seorang pemula dalam Karate sebaiknya berlatih memukul Makiwara, dari berbagai posisi (Seiken, uraken, hiji, shuto), minimal 100 kali perhari. Setelah tiga sampai enam bulan berlatih, sebaiknya ditingkatkan sampai rata-rata 300 kali perhari dengan berbagai posisi. Jika anda terus berlatih dengan cara ini setiap hari selama setahun, anda akan cukup kuat untuk memukul jatuh siapapun dengan mudah dengansatu pukulan. Latihan ini akan mengembangkan tenaga (power), kecepatan(speed) dan kekuatan (strength); bagaimanapun, ini hanyalah salah satu metode latihan dalam Karate. Cara ini telah lama dipakai oleh para Master-master Karate terdahulut erutama oleh Master Ginchin Funakoshi pendiri aliran karate shotokan, tetapi lain halnya dengan Master Masutatsu Oyama pendiri aliran Karate Kyokushinkai ia merasa latihan dengan menggunakan Makiwara adalah bukan suatu cara metoda latihan yang terbaik. Berikut adalah kutipan dari pernyataan Oyama dalam bukunya “ what is karate” terbitan tahun 1963:” Saya telah melakukan metode ini (memukul makiwara) untuk melatih kepalan tangan saya selama 20 tahun, memukul rata-rata300 kali perhari. Sebelumnya saya merasa sangat bangga dengan ukuran dan kekerasan dari ‚kapalan2’ yg terbentuk di kepalan saya, apalagi kapalan2 itudapat dipukul dengan palu tanpa saya merasa sakit. Ini adalah fakta bahwa, pukulan dari kepalan tangan saya sangatlah kuat sekali. Saya mengikuti metode2 tersebut karena „Master Karate“ terdahulu, berlatih dengan cara tersebut. Akhir2 ini, bagaimanapun, saya mulai percaya bahwa metode ini bukanlah yang terbaik, dan sebetulnya terbukti menghasilkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan metode2 lain. Saya percaya bahwa saya dapat menjadi seseorang yg jauh lebih kuat dari sekarang ini apabila saya mengadopsi metode2 yang lebih masuk akal dalam latihan. Sungguh, latihan memukul Makiwara berguna untuk memperkuat pergelangan dan kepalan; bagaimanapun, saya telah menemukan bahwa latihan dengan memukul sesuatu yang keras akan memperlambat pengembangan kecepatan. Saya tergerak untuk mengembangkan suatu metode latihan baru dimana bukannya Makiwara, melainkan sebuah spon tebal yang digunakan. Training dengan spon tidak hanya mengembangkan kekuatan pergelangan, tapi kecepatan akan meningkat pula. Metode yang sama dapat digunakan juga untuk latihan Tendangan. Cara lain untuk meningkatkan kecepatan adalah menusuk dan memukul dengan kepal tangan pada selembar kertas yang tergantung. Manfaat dari metode ini akan ditunjukkan lewat contoh berikut. Saya memilih dua orang murid, dan meminta salah satunya untuk berlatih dengan kertas yang digantung. Sementara murid lainnya berlatih dengan Makiwara dengan cara yang biasa. Setahun kemudian, saya membandingkan mereka. Murid yang berlatih dengan Makiwara, memang, nampak terlihat sebagai seorang Karateka sejati, dengan kapalan di kepalannya. Namun, dalam percobaan memecahkan genteng, batu dan papan, keduanya sama kuat. Keduanya berhasil memecahkan sepuluh buah genteng, batu dan papan dengan ketebalan yang sama. Dalam pandangan saya, murid yang berlatih dengan memukul kertas jauh lebih gesit dalam pergerakannya (body movement), dan tangannya lebih cepat, mengungguli murid yang satunya.
Diantara banyak orang yang berlatih karate, beberapa menganggap dirinya sebagai Karateka papan atas, hanya karena mereka mempunyai kepal tangan yang ada kapalannya, hasil latihan dengan Makiwara. Mereka bangga pada kekerasan kepalannya dan berusaha mengatur-atur yg lain dalam ber-Karate. Sedihnya, saya menemukan orang-orang tersebut, khususnya di Amerika.”
5.  Kertas yang digantung seperti yang dilakukan Master Masutatsu Oyama di atas.

Tahapan ketiga adalah melatih kecepatan, dalam tahap ini biasakan melatih pukulan dengan cara beruntun, dimulai dari dua kali beruntun , tiga kali dan semakin lama semakin banyak pukulan beruntun. Dalam tahap ini juga sudah mengkombinasikan sasaran pukulan maupun jenis pukulan, sasaran bawah tengah atas dan jenis pukulan lurus. Dengan cara melatih kecepatan dan variasi pukulan seperti ini maka lawan sulit untuk menghindar atau menangkis pukulan kita. Cara sederhana untuk melatih kecepatan pukulan adalah dengan cara push-up dengan genggaman di samping badan bukan di depan pundak, push up ini harus dilakukan dengan agak cepat layaknya melakukan pukulan pada posisi yang benar. Sebagai tambahan dan bisa juga dijadikan target keberhasilan pukulan, pukulah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita menjadi sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5 cm, 7 cm, 10 cm dan seterusnya.

Pentingnya Beladiri Bagi Pelajar

Tawuran antar pelajar sekolah sering kita temukan sehari-hari di jalan. Entah apa yang menjadi pemicunya yang jelas aktivitas ini sangat merugikan remaja itu sendiri disamping berdampak buruk bagi lingkungan, orang tua, bahkan tentunya korban tawuran itu sendiri.Mungkin penyebabnya hanya masalah sepele, tapi dasar anak abg energi mereka meluap-luap, jika tidak disalurkan pada tempatnya maka akan meledak dan dimuntahkan pada sarana dan tempat yang tidak tepat, yang ujung2nya merugikan mereka sendiri serta orang lain di sekitarnya. sehingga gagallah tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Masa2 muda adalah masa yang penuh dengan energi, oleh karena itu energi yang penuh tersebut harus disalurkan ke berbagai kegiatan yang positif, sebab bila tidak maka energi tersebut akan menjadi destruktif. Pada masa2 remaja emosi pelajar belum stabil alias masih labil atau masih gampang tersulut emosi dengan hanya hal yang sepele saja, yang ujung2nya dapat melakukan tindak kekerasan. Oleh karena itu dengan adanya kelas2 Beladiri yang ada di sekolah2 pada jam2 sehabis pelajaran sekolah atau pada hari libur sangat membantu untuk menyalurkan energi2 yang berlebihan tersebut. Kelas beladiri seperti belajar Karate akan membantu siswa sekolah dalam hal pengelolaan emosi mereka sehingga mereka tidak mudah untuk terjun dalam tindak2 kekerasan seperti halnya tawuran. Berikut ini adalah penelitian tentang mamfaat latihan beladiri khususnya Karate terhadap pengelolaan emosi pelajar.

Masa remaja sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa menyebabkan munculnya perubahan-perubahan dalam diri individu, salah satunya adalah perubahan emosional. Emosi yang sering kali menimbulkan masalah bagi remaja bila tidak dikendalikan dan diekspresikan secara tepat adalah emosi marah. Emosi marah dapat muncul melalui situasi-situasi di sekeliling remaja (anteseden), dimana pemaknaannya bila merujuk pada teori yang dikembangkan oleh Spielberger (2003), tergantung pada pengalaman remaja itu sendiri (trait dan state) dalam hal pengekspresian (expression) maupun pengendalian (control) rasa marah. Sejalan dengan itu, pada masa remaja, individu mulai terlibat aktif di berbagai aktivitas baik di dalam maupun di luar sekolah, salah satunya adalah kegiatan olahraga beladiri. Olahraga beladiri memiliki berbagai nilai positif dalam melatih pengelolaan emosi, ketahanan fisik dan sportifitas. Gerakan-gerakan yang dipelajari juga merepresentasikan gerakan yang ditemui jika remaja sedang merasa marah, seperti menyerang, memukul atau menjatuhkan lawan. Keuntungan lain khususnya dalam membina aspek spiritual juga membedakan olahraga beladiri dengan kegiatan lain seperti bidang musik, sains bahkan olahraga lainnya. Walaupun demikian, kegiatan non-beladiri ternyata juga memberikan kontribusi dalam menciptakan emosi yang lebih positif saat remaja menghadapi masalah, misalnya dengan suasana yang lebih santai, detil kegiatan yang unik dan menantang, serta kepopuleran yang mereka dapatkan bila terlibat di dalamnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan anteseden, pengalaman, ekspresi dan kontrol marah pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga beladiri dengan kelompok remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri, peneliti menggunakan 2 (dua) kuesioner yakni kuesioner Anteseden Kemarahan yang dirancang Dewi (2004) dan STAXI-2 yang dikembangkan oleh Spielberger & Reheiser (2003). Karakteristik sampel penelitian ini adalah remaja laki-laki usia 16- 18 tahun di wilayah Jakarta serta terlibat secara rutin dalam olahraga beladiri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pada trait marah khususnya sub skala Temperamen serta Anger Expression-out antara remaja laki laki yang mengikuti olahraga beladiri dengan remaja laki-laki yang tidak mengikuti olahraga beladiri. Di sisi lain, tidak terdapat perbedaan pada anteseden subjektif, objektif, interpersonal; State marah; Anger Expression-in, Anger Control-in dan Anger Control-Out antara remaja laki-laki yang mengikuti olahraga beladiri dengan remaja laki-laki yang tidak mengikuti olahraga beladiri. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa olahraga beladiri memiliki nilai lebih dibandingkan kegiatan-kegiatan lain yang diikuti remaja khususnya dalam membantu meredam rasa marah yang muncul tanpa stimulus tertentu (traittemperamen) dan mengekspresikan rasa marah ke luar diri (anger expression-out). Kesimpulan ini tidak menjadikan olahraga beladiri sebagai satu-satunya sarana bagi
remaja untuk mengelola emosi. Kegiatan-kegiatan non beladiri lainnya seperti bidang musik, sains, dan jenis olahraga lain juga sama pentingnya dalam membentuk aspek emosional remaja. Penelitian lebih lanjut yang dilengkapi dengan metode kualitatif diperlukan agar secara lebih spesifik mampu melihat bagaimana
remaja memaknai setiap kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah sebagai sarana
pengelolaan emosi, khususnya emosi marah. Dengan adanya hasil penelitian ini  semakin memperkaya dan mempertebal keyakinan kita akan nasehat  master2 Beladiri zaman dahulu bahwa latihan beladiri itu banyak mamfaat, nah bagaimana dengan anda? :D

Membaca Gerakan Lawan Dalam Pertarungan Kumite

Untuk dapat mengalahkan lawan dalam sebuah pertarungan dibutukan keterampilan dalam mengantisipasi serangan lawan. Untuk itu selain kecepatan dan kereflekan dari gerakan kita dibutuhkan, juga yang paling penting kita dapat membaca pikiran musuh sebelum gerakan serangannya di lancarkan kepada kita. Jadi sebenarnya yang paling terpenting dalam suatu pertarungan adalah kita dapat membaca pikiran lawan kita. Untuk dapat membaca pikiran lawan kita dibutuhkan ketenangan pikiran. Pikiran kita harus setenang mungkin tidak boleh ada perasaan gelisah, cemas, grasah-grusuh, takut dan semacamnya. Dalam bertarung, kita harus mengikuti prinsip Karate yaitu Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air) dan Tsuki no kokoro (pikiran layaknya bulan). Dalam Mizu no kokoro (pikiran layaknya air), kita dituntut untuk memiliki pikiran yang tenang setenang air dalam bertarung. Sebab pikiran yang setenang air mampu memantulkan semua benda disekitarnya, termasuk jalan pikiran musuh. Sedangkan dalam Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan) kita dituntut untuk menganggap lawan kita sebagai bulan yang menerangi keadaan di sekitarnya, sehingga kita dapat melihat benda2 di sekitar kita, termasuk melihat peluang2 untuk melancarkan serangan ke musuh atau melihat kelemahan pertahanan pada lawan. Dalam hal ini kita membiarkan lawan melancarkan beberapa serangan sambil kita melakukan gerakan menangkis dan menghindar. Kemudian sambil melakukan kedua perinsip tersebut secara bersamaan, perlahan-lahan tabir kelemahan pertahanan lawan mulai terungkap. Dan disaat itu kita melancarkan serangan ke arah lawan. Dalam hal ini saya, selaku penulis akan berbagi pengalaman tentang teknik2 cara membaca serangan lawan. Bertahun tahun saya mencari jawaban tentang bagaimana mengalahkan lawan dalam sebuah pertarungan beladiri. Ternyata baru2 ini saya menemukan jawabannya dan sudah bisa mempraktekannya, dengan kata lain saya sudah bisa menjalankan dan merasakan prinsip Karate Mizu no kokoro (pikiran layaknya air) dan Tsuki no kokoro (pikiran layaknya bulan) adalah benar. Jadi kedua prinsip itu bukan omong kosong, dan saya sudah dapat membuktikannya. Ketika saya melakukan sparing (pertarungan) bersama beberapa rekan, secara tidak sengaja saya berhasil menerapkan kedua prinsip tersebut dan diluar dugaan
Ternyata beberapa rekan saya pun kalah secara bergantian.
Kemudian saya berpikir apa yang membuat saya menang?, lalu saya menemukan jawaban yaitu mengikuti dua prinsip Karate itu.
Lalu saya bertanya lagi pada diri sendiri, apa yang membuat saya sukses melakukan dua perisip itu?
Lalu kutemukan Jawabannya adalah karena kamu berpikiran tenang saat menghadapi lawan.
Kemudian muncul pertanyaan lagi pada diri saya: kalau begitu apa yang membuat pikiran dan perasaan saya tenang pada saat itu?
Lalu setelah berpikir agak panjang, menggali dan terus menggali ternyata kutemukan jawabannya yaitu karena merupakan akumulasi proses panjang selama kamu latihan, jadi dengan latihan yang teratur, serius menghayati, dan konsisten akan memberikan perasaan yakin pada dirimu sendiri sehingga dengan mudah pikiranmu akan tenang.
Lalu timbul pertanyaan kembali pada saya, apa yang jadi penyebab saya bisa menenangkan pikiran saya dibandingkan dengan dulu padahal dulu dan sekarang sama2 giat berlatih?
Ternyata jawabannya adalah pada teknik2nya. Berikut Tips2 teknik cara membaca serangan lawan dari saya:
  • Perhatikan/ arahkan pandangan kita pada daerah sekitar kepala lawan, terutama daerah sekitar mata lawan. Jangan sekali2 pandangan kita mengarah kepada tangan/kaki lawan ataupun keduanya sebab pandangan yang tertuju selain pada kepala akan mudah dimanipulasi lawan ujung2nya lawanlah yang dapat membaca pikiran kita dan kitapun malah jadi smakin grogi. Dengan mengarahkan pandangan kita ke bagian kepala musuh maka akan proses membaca pikiran lawanpun akan dimulai.
  • Tahap kedua, ketika kita mengarahkan pandangan kearah kepala lawan maka kita selanjutnya diharuskan menenangkan pikiran, jadi secara serentak kita menenangkan pikiran dan mengarahkan pandangan ke sekitar kepala lawan. Pada tahap ini kita sebenarnya sedang mempercepat proses pembacaan pikiran lawan. Makin tenang dirimu makin mudahlah anda membaca pikiran lawan anda. Hal2 yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah:
  1. Jangan takut ketika pandangan kita hanya tertuju ke kepala lawan seolah2 kita tidak mengawasi/waspada terhadap anggota tubuh lain yang menjadi alat penyerang seperti tangan dan kaki. Sebab ketika kita memandang kearah kepala lawan disamping pikiran kita tenang juga harus disertai dengan keyakinan bahwa latihan rutin yang selama ini kita jalankan akan memberikan dampak yang significan pada diri kita,terutama meningkatkan gerak reflek kita saat diperlukan pada situasi dan kondisi tertentu. Pikiran kita jangan juga memikirkan gerakan/teknik apa yang harus kita keluarkan melainkan pikiran kita harus dikondisikan tanpa beban, biarlah mengalir seperti air mengikuti gerak-gerik lawan.
  2.  Setelah kita menatap ke arah kepala, menenangkan diri dan yakin jangan lupa untuk menerapkan prinsip Karate yang kedua yaitu Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan). Biarkanlah lawan menyerang sebanyaknya sampai kita tahu dimana letak kelemahannya. Pada umumnya prinsip ini bertujuan menembus benteng pertahanan lawan. Ketika kelemahan lawan sudah diketahui maka buru2 lansung kita balas dengan serangan kita.
  3.  Pada saat kita menatap kearah kepala lawan kita dan kita sudah berhasil membaca pikiran lawan tetapi setelah itu sulit membaca pikiran lawan lagi, maka jangan putus asa. Arahkan pandangan kita terus pada daerah sekitar kepala, terutama pada kedua mata lawan. Biasanya sekali kita bisa melakukannya seterusnya akan bisa.
Pada intinya keberhasilan kita memenangkan suatu pertarungan atau perkelahian di pengaruhi oleh:
  1.  Ketenangan pikiran kita, semakin tenang pikiran kita semakin bisa untuk membaca serangan lawan (jangan lupa untuk terus menatap daerah kepala lawan terutama mata)
  2.  Ketenangan pikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan kita, Maka untuk memperkuat keyakinan kita adalah dengan latihan karate yang disiplin dan benar. Juga dapat pula ditambah dengan meditasi dgn mengucapkan kata2 positif.
Itulah sekilas pengalaman saya yang berharga, semoga dapat membawa mamfaat buat pembaca! OSH..!!

Titik Lemah Pada Tubuh Manusia.

KYUSHO ( Titik Vital Anatomi Tubuh Manusia )


Dalam mengeksekusi pukulan karate yang efektif, sangat perlu untuk mempelajari dasar-dasar anatomi manusia, fisiologi dan pertolongan pertama.Pengetahuan ini disebut - kyusho. Pengetahuan Kyusho telah lama disimpan sebagai rahasia selama berabad-abad. Ini termasuk: posisi pada titik rentan, dampak penggunaan alat yang tepat dan situasi yang terbaik untuk menerapkan teknik untuk beberapa titik. Jika kita membandingkan teknik karate dengan panah, kyusho adalah sebagai racun pada panah itu. Funakoshi mengatakan bahwa "cepat dan sangat akurat suatu pukulan, yang tidak pernah meleset ke titik vital, adalah inti dari karate yang sebenarnya".


Ada 3 cara untuk melukai poin penting:

1. Strike atau tinju
2. Menusuk atau tekan
3. Ambil atau mencubit

Akibatnya, beberapa kondisi mungkin terjadi: nyeri, syok, gangguan pernapasan, merasa lumpuh sesaat, puntiran hyper, salah urat, patah tulang dan pendarahan dalam.untuk lebih rinci lihat, klik pada gambar dibawah ini :                          




Jodan -  Poin paling penting dari tubuh manusia terletak pada leher dan kepala. Saya akan menyebutkan beberapa teknik: tusukan mata, menghancurkan hidung, ambil/mencubit tenggorokan, menampar telinga, menarik rambut, tangan pisau ke leher, dorongan jari ke takik urat merih. Anda juga dapat memanipulasi kepala lawan untuk membawanya ke bawah atau untuk mematahkan lehernya.




Chudan - pukulan ke ulu hati, satu pukulan buku jari tangan (shoken) ke tulang dada, rusuk atau ketiak, tinju buku (hiraken) untuk iga longgar, ambil/mencubit testis, smash atau menendang, "cinta-menangani mencubit".















Lengan - serangan ke bisep dapat melumpuhkan lawan
lengan dengan sementara. teknik penguncian Bersama sangat efektif untuk mengendalikan (siku dan jari). Mencubit kulit di atas otot triceps sangat menyakitkan.








Gedan – tendangan sangat sering ditujukan pada kaki lawan (tulang kering, penghancuran lutut -sokuto, paha dalam dan kaki). teknik melempar Kebanyakan dilakukan dengan sapuan kaki atau dengan mengambil/menyambar kaki lawan. paha bagian dalam dapat dicubit ketika melakukan teknik gerakan menghindar ketika melawan penguncian kepala.